Source: unsplash.com/rodion kutsaiev
Natal menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak umat Krstiani di seluruh penjuru dunia. Natal tiba, selalu dsambut dengan suka cita dan perayaan untuk mengintepretasikan kebahagiaan. Di Indonesia, beberapa daerah punya tradisi unik ketika Natal kembali menyapa. Tradisi di hari Natal ini merupakan kearifan lokal turun temurun yang saat ini masih bisa dijumpai.
Yuk, coba cek apa saja keunikan tradisi perayaan Natal beberapa daerah di Indonesia!
Morbinda dan Marhobas dari Sumatera Utara
Source: shuttestock.com/Marlon Franco
Provinsi Sumatera Utara dikenal dengan umat Kristiani yang cukup kental. Provinsi ini memiliki suku yang terkenal, yaitu Batak, yang terbagi menjadi beberapa puak atau subsuku. Salah satu diantaranya adaah Batak Toba yang mendiami Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Menjelang Natal, masyarakat Batak Toba akan melaksanakan tradisi Morbinda dan Marhobas. Morbinda adalah prosesi penyembelihan hewan, seperti sapi, kerbau, atau babi. Penyembelihan ini dilakukan dengan cara iuran atau patungan dari lingkungan keluarga atau kelompok semarga. Morbinda dilakukan pada tanggal 24 Desember, sehari menjelang Natal. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan Marhobas, yaitu daging hasil sembelih dimasak dan dibagikan pada masyarakat.
Marbinda dan Marhobah punya makna yang mendalam bagi masyarakat Batak Toba. Tradisi turun temurun ini menjadi pengikat persaudaraan di dalam suku, digambarkana dengan kegiatan gotong royong. Namun, dua tradisi yang saling berkaitan inipun menjadi simbol rasa syukur terhadap karunia Tuhan.
Rabo-rabo dari Jakarta
Source: senibudayabetawi.com
Jakarta dikenal sebagai ibukota yang super sibuk. Kota metropolitan yang penuh dengan kendaraan, gedung-gedung pencakar langi, dan kemajuan teknologi yang bisa dilihat dari berbagai aspek. Dibalik hiruk-pikuknya, ternyata Jakarta punya satu tradisi menarik menjelang Natal yang masih kerap dilakukan. Namanya Rabo-Rabo.
Tradisi Rabo-Rabo bisa ditemukan di daerah Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Terdapat kelompok masyarakat Kristiane keturunan Portugis yang masih tinggal di daerah tersebut. Istilah Rabo-Rabo sendiri juga berasal dari Bahasa Kreol Portugis yang artinya ekor-mengekor. Melalui tradisi ini, masyarakat akan berkeliling kampung dan mengunjungi rumah sembari menyanyikan lagu keroncong. Puncak dari perayaan Rabo-Rabo adalah dengan menggambar wajah satu sama lain menggunakan bedak putih atau disebut dengan mandi-mandi. Tradisi yang dilakukan itu memiliki makna penebusan dan pengampunan dosa, serta menyambut tahun yang baru dalam keadaan bersih.
Wayang Wahyu dari Yogyakarta
Source: goodnewsfromindonesia
Jika Anda pernah mengunjungi Museum Sonobudoyo, mungkin Anda sudah tidak asing dengan salah satu jenis wayang yang dipajang di dalam museum tersebut. Wayang Wahyu menjadi satu di antara sekian banyak koleksi Museum Sonobudoyo yang menarik perhatian. Jenis wayang inipun masih dipentaskan, terutama ketika Natal tiba.
Wayang Wahyu adalah kesenian wayang yang ceritanya diangkat dari Alkitab. Bentuk wayang ini juga berbeda dari wayang kulit. Tokoh-tokoh dalam Wayang Wahyu dibuat lebih jelas. Wayang Wahyu bukan hanya kesenian yang bisa dinikmati. Namun, pementasan wayang inipun menjadi jalan untuk menyampaikan wahyu atau firman Tuhan. Wayang Wahyu sendiri merupakan simbol akulturasi kebudayaan dan toleransi beragama di Yogyakarta.
Ngejot dan Penjor dari Bali
Source: blog.abimanyutravel.id
Melanjutkan perjalanan, Bali punya tradisi unik untuk merayakan hari raya. Sudah menjadi rahasia umum, selain keindahan alamnya, Pulau Dewata juga dikenal memiliki toleransi beragama yang tinggi. Walaupun mayoritas penduduknya beragama Hindu, tetapi banyak juga yang memeluk agama lain, seperti Islam dan Kristiani.
Meryakan Natal di Bali, masyarakat Kristiani akan melakukan tradisi Ngejot dan Penjor. Secara singkat, Ngejot adalah kegiatan untuk berbagi makanan. Letak keunikannya dimana makanan yang dibagi menyesuaikan dengan kepercayaan setiap orang, jadi tidak disamaratakan. Di samping itu, Penjor merupakan tradisi memasang bambu-bambu tinggi melengkung sebagai wujud rasa syukur pada anugerah Tuhan.
Meriam Bambu dari Flores, Nusa Tenggara Timur
Source: Tribunnews.com
Perayaan Natal di Flores, Nusa Tenggara Timur bisa dibilang sangat unik. Natal di daerah ini dirayakan dengan memainkan meriam bambu. Bahkan tradisi ini akan dilakukan mulai dari masa Adventus sampai tahun baru nanti. Lebih menarik, masyarakat hanya membunyikan merima pada bulan Desember, oleh karenanya bulan terakhir ini sering disebut sebagai bulan meriam.
Sebenarnya, tradisi meriam bambu ini sudah lama dilakukan, lho. Tradisi ini dilestarikan turun temurun. Hanya saja ada peralihan makna yang bisa diambil dari tradisi tersebut. Dulu, membunyikan meriam artinya ada kabar duka. Bunyi meriam dapat menjangkau banyak daerah, jadi lebih mudah memberikan kabar. Namun, kini makna tersebut berubah menjadi suka cita dalam menyambut kelahiran Yesus Kristus.
Kunci Taon dari Sulawesi Utara
Source: kristiani.news
Tradisi dari Manado, Sulawesi Utara, kunci taon yang artinya mengunci tahun. Tradisi ini dilakukan sejak mulainya bulan Desember sampai minggu pertama Januari. Terdapat beberapa tahapan akan dijalani oleh masyarakat Manado dalam kurun waktu yang cukup panjang.
Kunci Taon diawali dengan melakukan serangkaian ibadah di gereja. Kemudian, masyarakat akat melakukan ziarah di makam kerabat. Tidak hanya ziarah, masyarakat akan menghias makam dengan lampu-lampu cantik. Puncak dari Kunci Taon sendiri bukan saat Natal, melainkan pada minggu pertama Januari tahun berikutnya. Puncak acara dilaksanakan dengan menggelar pawai kostum-kostum unik. Warga yang berparisipasi dalam pawai nantinya turut membagikan hadiah pada anak-anak.
Nah, itu dia beberapa tradisi unik saat Natal yang bisa dijumpai di Indonesia. Natal menjadi hari yang selalu ditunggu. Oleh sebab itu, Natal akan selalu dirayakan dengan suka cita, kegembiraan, dan kehangatan bersama.
Comments:
Leave a Reply