Source: Instagram Humas Bandung
Hari jadi kota Bandung (HJKB) di peringati pada tanggal 25 September 1810. Kota Bandung pada tahun ini merayakan hari jadi ke-215, mari saatnya bersatu dalam harmoni dan kolaborasi. Pada tahun ini Kota Bandung merayakan dengan berbagai acara, seperti ziarah makam leluhur, upacara dan festival pawai kendaraan hias. Kota Bandung juga memiliki julukan seperti Paris Van Java, Kota Kembang, Bandung Lautan Api, Kota Kuliner dan Kota Kreatif. Peringatan bersejarah ini mengusung tema “215 Tahun Kota Bandung Utama dalam Harmoni Kolaborasi” yang sarat makna sekaligus menjadi arah pembangunan kota ke depan. Tema ini mengandung makna dan panduan arah pembangunan Kota Bandung ke depan, berakar pada visi Bandung yang unggul. Manusianya terbuka kotanya, amanah kepemimpinannya, maju pikirannya, dan agamis masyarakatnya, Bandung Utama adalah semangat yang harus hidup di setiap langkah masyarakat dan pemerintah kota. Dengan bersatu padu, baik pemerintahan, masyarakat, akademisi, dunia usaha, komunitas kreatif, hingga media, Kota Bandung diyakini mampu melangkah lebih maju dalam harmoni kolaborasi.
Pada 23 September 2025, menjelang hari jadi ke-215 Kota Bandung (HJKB) Pemerintah Kota Bandung bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Bandung berziarah ke makam para leluhur dan pendiri Kota Bandung. Ziarah dilakukan diantaranya di Makam Dalem Kaum dan Karang Anyar Kota Bandung, Dayeuhkolot Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Garut. Selain ziarah, kegiatan ini juga untuk menyalurkan bantuan sembako kepada penjaga makam dan masyarakat sekitar sebagaimana bentuk kepedulian sosial Pemkot Bandung. Pada 25 September 2025, saat hari jadi Kota Bandung ada rangkaian acara resmi yang digelar. Siding Paripurna peringatan HJKB ke-15 dan upacara peringatan hari jadi ke-215 Kota Bandung, pukul 07.45 WIB, di Plaza Balai Kota Bandung. Pada 25 Oktober 2025, akan diadakan kegiatan Pawai Kendaraan Hias HJKB ke-215 dan Festival HJKB ke-215. Puncak peringatan HUT Kota Bandung tahun ini adalah gelaran Festival Hari Jadi Kota Bandung (HKJB) ke-215. Dalam festival tersebut akan ada berbagai kegiatan seni, budaya, hingga pertunjukan musik.
Bandung dalam lintasan waktu , Bandung bukan sekedar kota, tapi kisah panjang perjuangan, budaya, dan perubahan. Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu sangat jauh setelah Kabupaten Bandung berdiri. Kabupaten Bandung dibentuk pada sekitar pertengahan abad ke-17 masehi, dengan Bupati pertama yang bernama Tumenggung Wirangunangun. Ia memerintah Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak (saat ini dikenal Dayeuhkolot), kira-kira 11 kilometer ke arah selatan dari pusat kota Bandung sekarang. Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh Bupati ke-6 yaitu R.A. Wiranatakusumah II (periode 1794-1829) yang dijuluki "dalem kaum", kekuasaan di nusantara beralih dari kompeni kepada pemerintah Hindia Belanda, dengan Gubernur Jenderal pertama yang bernama Herman Willem Daendels.
Baca juga: Farhan Dukung Sport Tourism Agar Kota Bandung Mendunia
Untuk kelancaran menjalankan tugasnya di pulau Jawa, Daendels membangun jalan raya pos (groote poshweg) dari Anyer di ujung Jawa Barat ke panarukan di ujung Jawa Timur (± 1000 kilometer). Pembangunan jalan raya itu dilakukan oleh rakyat pribumi di bawah pimpinan bupati daerah masing-masing. Di daerah Bandung khususnya dan daerah priangan umumnya, jalan raya pos mulai dibangun pertengahan tahun 1808, dengan memperbaiki dan memperlebar jalan yang telah ada. Di Kota Bandung sekarang, jalan raya itu bernama jalan Jendral Sudirman – Jalan Asia Afrika - Jalan A. Yani, berlanjut ke Sumedang dan seterusnya. Untuk kelancaran pembangunan jalan raya, dan agar pejabat pemerintah Kolonial mudah mendatangi kantor Bupati, Daendels melalui surat tanggal 25 Mei 1810 meminta Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten, masing-masing ke daerah Cikapundung dan Andawadak ( saat ini dikenal Tanjungsari) mendekati Jalan Raya Pos.
Rupanya Daendels tidak mengetahui, bahwa jauh sebelum surat itu keluar, Bupati Bandung sudah merencanakan untuk memindahkan ibu kota Kabupaten Bandung, bahkan telah menemukan tempat yang cukup baik dan strategis bagi pusat pemerintahan. Tempat yang dipilih adalah lahan kosong berupa hutan, terletak di tepi barat sungai Cikapundung, tepi selatan jalan raya pos yang sedang dibangun (yang menjadi pusat Kota Bandung sekarang). Alasan pemindahan ibu kota itu antara lain, krapyak tidak strategis sebagai pusat pemerintahan, karena terletak di sisi selatan daerah bandung dan sering dilanda banjir bila musim hujan. Sekitar akhir tahun 1808 / awal tahun 1809, Bupati beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Krapyak mendekati lahan bakal ibu kota baru. Mula-mula bupati tinggal di Cikalintu (saat ini dikenal Cipaganti), kemudian pindah ke Balubur Hilir, selanjutnya pindah lagi ke kampung Bogor (saat ini dikenal Kebon Kawung, pada lahan gedung pakuan sekarang).
Tidak diketahui secara pasti, berapa lama kota Bandung dibangun. Akan tetapi, kota itu dibangun bukan atas prakarsa Daendels, melainkan atas prakarsa Bupati Bandung, bahkan pembangunan kota itu dipimpin langsung oleh Bupati. Dengan kata lain Bupati R.A. Wiranatakusumah II adalah pendiri kota ini. Kota Bandung diresmikan sebagai ibu kota baru Kabupaten Bandung dengan besluit tanggal 25 September 1810. Hal ini berarti, selama belum ditemukan sumber lain yang menunjukan fakta lebih akurat, maka tanggal 25 September 1810 dapat dipertanggung jawabkan validitasnya sebagai "Hari Jadi Kota Bandung".
Source: Photo by Luqman Nurhakim on Unsplash
Hari jadi Kota Bandung itu telah disahkan melalui peraturan daerah nomor 35 tahun 1998. Dengan demikian, tanggal 1 April yang beberapa tahun lamanya biasa diperingati sebagai hari ulang tahun kota bandung bukan lagi hari jadi Kota Bandung, karena tanggal 1 April 1906 merupakan tanggal pembentukan Gemeente Bandung. Sejak Kota Bandung berdiri hingga pertengahan tahun 1864, hanya berfungsi sebagai ibukota kabupaten yang sepenuhnya diperintah bupati R.A. Wiranatakusumah II dilanjutkan Bupati R.A. Wiranatakusumah III (periode 1829-1846) dan Bupati R.A. Wiranatakusumah IV (periode 1846-1874). Pada masa pemerintahan Bupati R.A. Wiranata Kusumah IV, tepatnya sejak tanggal 7 Agustus 1864, Kota Bandung berfungsi sebagai ibu kota keresidenan priangan, menggantikan Kota Cianjur yang rusak berat akibat meletusnya Gunung Gede. Dengan demikian, sejak itu Kota Bandung terjadi dualisme pemerintahan, yakni pemerintahan kabupaten (pemerintahan tradisional) dan pemerintahan keresidenan (pemerintahan kolonial). Hal ini berlangsung sampai dengan Kota Bandung menjadi kota berpemerintahan otonom yang disebut Gemeente (sejak 1 April 1906).
Gemeente Bandung dibentuk pada waktu Kabupaten Bandung diperintah Bupati ke-10 yaitu R.A.A. martanegara menggantikan Bupati R.A. Kusumadilaga. Dengan berdirinya pemerintahan gemeente, maka di Kota Bandung berlangsung tiga bentuk pemerintahan yaitu kabupaten, keresidenan, dan gemeente. Dalam hal ini, pemerintahan gemeente sebagai pemerintahan kota yang bersifat otonom, lebih dominan daripada kedua pemerintahan lainnya. Pengelolaan kota sepenuhnya menjadi tugas dan kewajiban pemerintah gemeente. Namun dalam praktiknya, Bupati tetap turut berperan dalam kapasitas sebagai anggota dewan kota (gemeente road).
Baca juga: Rekomendasi Cafe Untuk Healing dan Ngadem di Kota Bandung!
Sejak tanggal 1 oktober 1926, sebutan gemeente diubah menjadi stad gemeente, yang berlangsung hingga akhir pemerintahan Hindia Belanda. Pada masa pendudukan Jepang (periode Maret 1942 - 14 Agustus 1945), pemerintah Kota Bandung disebut Bandung Shi. Pada masa kemerdekaan, sebutan pemerintah kota bandung berubah-ubah sebagai berikut :
Haminte Bandung :
Dari 11 Maret 1946 - 24 April 1948 (masa negara Pasundan dibawah RIS).
Kota Besar Bandung :
Sejak 15 Agustus 1945.
Kotapraja Bandung :
Berdasarkan Undang - Undang No. 1 Tahun 1957 tentang pemerintahan daerah.
Kotamadya Bandung :
Berdasarkan Undang – Undang No. 1 Tahun 1957 dan surat edaran Walikota Kepala Daerah Bandung No. 637 tanggal 19 Maret 1966.
Kotamadya daerah tingkat II bandung :
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 Tentang pokok – pokok pemerintahan di daerah.
Pemerintah Kota Bandung :
Sejak tahun 1999 sampai sekarang.
Selamat Ulang Tahun Kota Bandung tercinta, semoga bisa semakin berkembang dengan inovasi yang lebih kreatif menginspirasi dan warganya semakin harmonis.
Baca juga: Rekomendasi Micin Kuah Di Kota Bandung, Yuk Merapat!
Comments:
Leave a Reply