Gen Z Ogah Kerja Asal-asalan! Ini Alasan Mereka Cuma Mau Kerja Sesuai Passion


source: Google Image


Di tengah perubahan dunia kerja yang semakin cepat dan dinamis, generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 muncul sebagai angkatan kerja baru dengan karakteristik unik. Berbeda dari generasi sebelumnya yang cenderung melihat pekerjaan sebagai kewajiban atau sarana mencari nafkah semata, Gen Z lebih memprioritaskan passion atau hasrat pribadi dalam menentukan arah karier. Bekerja sesuai passion bukan lagi sekadar idealisme, melainkan menjadi standar baru yang sedang mereka perjuangkan.

Gen Z tumbuh dalam era internet, media sosial, dan digitalisasi yang pesat. Mereka terbiasa dengan akses informasi yang tak terbatas, mengeksplorasi potensi diri melalui berbagai platform, dan membentuk identitas pribadi dari pengalaman digital yang luas. Pola pikir ini mendorong munculnya nilai-nilai baru dalam dunia kerja, salah satunya adalah keinginan kuat untuk merasa terhubung secara emosional dengan apa yang mereka lakukan.

Studi global dari Deloitte dan LinkedIn menunjukkan bahwa lebih dari 60% Gen Z memilih pekerjaan berdasarkan nilai pribadi dan minat individu, bukan sekadar gaji atau status. Mereka ingin bekerja di bidang yang mencerminkan identitas, memberi ruang untuk ekspresi, dan selaras dengan tujuan hidup. Di mata Gen Z, karier bukan hanya tentang stabilitas finansial, melainkan juga tentang kebahagiaan jangka panjang, makna hidup, dan pertumbuhan diri.

Di Indonesia, tren ini juga mulai terlihat jelas. Banyak anak muda yang memilih jalur karir yang tak konvensional. Mereka berani mengejar impian menjadi musisi indie, konten kreator, illustrator digital, pengusaha lokal, hingga aktivis sosial. Media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube menjadi arena untuk menunjukkan passion mereka, membangun audiens, dan bahkan mendapatkan penghasilan. Teknologi telah memberikan panggung bagi mereka untuk berkarya dan menekuni apa yang mereka cintai.

Baca juga: 5 Hal yang Sudah Harus Dilakukan untuk Mencapai Karir, Nikmati Prosesnya!

Terdapat banyak contoh di lapangan yang membuktikan bahwa tak selamanya latar belakang pendidikan menjadi faktor utama dalam sektor pekerjaan. Mungkin bisa Sobat Glamours lihat di luar sana banyak penggerak bisnis FnB yang bahkan tidak berasal dari latar belakang pendidikan FnB. Ataupun pekerja kreatif seperti illustrator/designer yang latar belakang pendidikannya juga bukan berasal dari jurusan terkait. Ini menjadi sebuah bukti bahwasannya Sobat Glamours juga bisa menjalani pekerjaan sesuai passion dalam diri. 

Fenomena ini juga menggugah banyak perusahaan untuk mulai mengubah pendekatan mereka dalam merekrut dan mempertahankan talenta muda. Perusahaan-perusahaan kini berlomba-lomba menyediakan ruang eksplorasi, fleksibilitas kerja, dan kultur yang mendukung keberagaman minat. Mereka sadar bahwa jika ingin mempertahankan Gen Z, mereka harus memberi lebih dari sekadar gaji.

Namun, bekerja sesuai passion tentu bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah tekanan sosial dan keluarga. Masih banyak orang tua atau lingkungan sekitar yang menganggap passion sebagai sesuatu yang tidak realistis atau kurang menjanjikan secara finansial. Di sisi lain, tidak semua bidang passion langsung menghasilkan pendapatan yang stabil, terutama pada tahap awal. Kembali lagi bahwa Sobat Glamours juga tetap perlu menjadi realistis dalam dunia pekerjaan.

Untuk itu, Gen Z perlu mengembangkan pendekatan yang bijak dan strategis. Mereka harus mampu memadukan idealisme dengan perencanaan matang, termasuk perhitungan risiko dan pengembangan keterampilan. Bekerja sesuai passion bukan berarti meninggalkan logika, melainkan menciptakan keseimbangan antara hati dan pikiran.


source: Google Image

Dalam proses ini, pendidikan dan akses informasi memegang peranan penting. Sekolah dan kampus perlu membuka ruang diskusi dan pendampingan karir yang lebih personal. Bukan hanya mendorong siswa mengikuti jalur mainstream, tetapi juga membantu mereka mengenali potensi, minat, dan jalan-jalan alternatif yang bisa dijelajahi. Program magang, inkubator startup, hingga kelas keterampilan berbasis hobi adalah contoh konkret yang dapat membantu generasi muda menjembatani passion dengan dunia kerja nyata.

Selain itu, pemerintah juga bisa berperan lewat kebijakan yang mendukung ekonomi kreatif dan UMKM berbasis minat. Banyak passion Gen Z berada di sektor ini, mulai dari kuliner, fashion, seni visual, hingga teknologi. Dengan regulasi yang mempermudah perizinan, akses modal, dan pelatihan bisnis, negara dapat membuka jalan bagi generasi muda untuk berkarya tanpa harus meninggalkan idealisme mereka.

Menariknya, passion tidak selalu identik dengan pekerjaan penuh waktu. Banyak Gen Z yang mengadopsi konsep side hustle, yaitu pekerjaan sampingan yang sesuai minat namun tetap memberi penghasilan. Ini memungkinkan mereka untuk menjajal banyak hal, membangun portofolio, dan pada akhirnya memilih jalur yang paling sesuai dengan diri mereka. Dalam dunia digital saat ini, satu orang bisa menjadi freelancer, content creator, dan pebisnis dalam waktu bersamaan.

Meski kadang terdengar seperti mimpi, tren bekerja sesuai passion sebenarnya mencerminkan kebutuhan manusia paling mendasar yaitu ingin merasa berarti. Gen Z hanya mempertegasnya dengan lebih vokal dan terbuka. Mereka menolak bekerja di tempat yang tidak menghargai kreativitas, yang mengekang ide-ide segar, atau yang mengorbankan kesehatan mental demi target semata. Gen-Z juga memahami bahwa pekerjaan sesuai passion akan bisa dikerjakan dengan sepenuh hati dan dengan hasil yang baik.

Baca juga: Sering Mengalami Masalah Kurang Tidur, Simak 5 Tips Untuk Mencukupi Waktu Tidur

Tidak heran jika kini banyak tempat kerja bertransformasi menjadi lebih humanis. Budaya kerja yang mendukung keseimbangan hidup, ruang ekspresi, hingga fasilitas untuk pengembangan diri menjadi daya tarik utama bagi Gen Z. Mereka ingin merasa dihargai sebagai individu, bukan sekadar angka produktivitas.

Dalam jangka panjang, tren ini bisa menjadi katalis positif bagi ekosistem kerja di Indonesia. Saat generasi muda diberi ruang untuk tumbuh berdasarkan passion mereka, kualitas hasil kerja akan meningkat, inovasi lebih cepat berkembang, dan kebahagiaan karyawan lebih terjaga. Dunia kerja akan dipenuhi oleh orang-orang yang benar-benar mencintai apa yang mereka lakukan.

Di era yang serba cepat dan penuh tekanan ini, bekerja sesuai passion bukan lagi kemewahan, melainkan kebutuhan emosional yang penting untuk menjaga kesehatan mental dan produktivitas jangka panjang. Gen Z telah menunjukkan bahwa jalan ini bukan mustahil asal dibarengi dengan keberanian, konsistensi, dan dukungan ekosistem yang tepat.

Kini, bukan lagi saatnya kita sebagai Gen-Z menunggu pihak orang tua, institusi pendidikan, perusahaan, ataupun pemerintahan membangun ekosistem kerja yang bisa sesuai. Sudah saatnya kita sebagai Gen-Z yang membangun ekosistem tersebut. Karena membangun ekosistem yang memberi ruang bagi passion dapat berdampak sangat baik. Generasi yang bekerja dengan hati, akan menciptakan masa depan yang lebih bermakna. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk sekitarnya.

Sebagai generasi yang tumbuh di tengah arus teknologi dan informasi yang cepat, Gen Z memiliki kesempatan besar untuk menciptakan perubahan positif dalam dunia kerja. Bekerja sesuai passion bukan hanya menjadi pilihan gaya hidup, tetapi juga bentuk kontribusi nyata terhadap kemajuan sosial dan ekonomi. Dengan semangat kolaboratif, keberanian untuk bereksplorasi, dan komitmen terhadap nilai-nilai personal, Gen Z bisa menjadi pelopor ekosistem kerja yang lebih inklusif, fleksibel, dan manusiawi. Kini adalah saat yang tepat bagi generasi muda untuk membuktikan bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan hati mampu menghasilkan karya terbaik yang berdampak luas bagi masyarakat.


Comments:

Leave a Reply

you may also like

...