Source: unsplash.com/Sydney Latham
Burnout adalah istilah yang cukup sering digunakan, khususnya di antara para pekerja. Burnout merupakan kondisi dimana kondisi mental tengah mengalami kelelahan. Keadaan ini pun mulai berdampak pada fisik, sehingga beragam aktivitas dapat terganggu. Mengutip dari American Psychological Association, burnout ialah lelah secara fisik, emosi, atau mental dengan penurunan motivasi, kinerja, dan munculnya sikap menyimpang terhadap diri maupun orang lain.
Burnout bisa menyerang siapa saja. Lebih berbahaya lagi ketika orang tersebut tidak menyadari bahwa dirinya tengah mengalami lelah yang berlebihan karena segudang kesibukan yang merajalela. Tubuh akan memberikan kode ketika sudah mencapai batasnya, seperti enggan untuk bekerja dan merasa kehilangan minat dalam melakukan aktivitas. Hal inipun terjadi ketika tidak adanya keseimbangan dalam kehidupan pribadi dan pekerjaan yang diambil.
Terkadang, burnout dianggap sebagai stress. Padahal kedua hal tersebut memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Stres dianggap lumrah bagi banyak orang. Stres terjadi karena berbagai hal, ambil contoh keadaan yang chaos atau tanggung jawab yang terlalu banyak. Namun, stress tidak sampai menghilangkan minat atau lelah secara mental. Sedangkan burnout sendiri terjadi karena tumpukan stress yang telah lama terpendam. Rasa ingin menarik diri dari peredaran kerap kali muncul ketika burnout datang. Burnout menjadi keadaan negative dimana usaha memulihkan diri kurang atau bahkan tidak ada.
Seseorang tidak langsung akan mengalami burnout. Ada beberapa fase yang biasanya akan dialami. Tidak jarang fase-fase ini tak terasa karena diri lebih sering fokus pada pekerjaan.
Yuk, kenali lebih jauh tentang fase burnout yang terjadi!
Fase Penuh Semangat, Honeymoon
Source: unsplash.com/Brooke Cagle
Bagaimana sebuah awal pernikahan yang indah, pada fase ini seseorang justru berada pada titik yang penuh energy. Orang akan merasa menggebu-gebu dalam melakoni berbagai tanggung jawab. Semua hal yang dilimpahkan padanya pasti akan diambil demi menunjukkan kredebilitas serta eksistensinya untuk menyenangkan atasan atau orang lain.
Tahap honeymoon adalah awal dimana seseorang dapat terjerumus dalam burnout. Mereka tampak begitu semangat, penuh kreativitas, dan tampak produktif. Setiap pekerjaan akan selesai sesuai deadline dan memiliki standar tinggi.
Sayangnya, orang harus memikirkan bagaimana diri bekerja. Pada suatu titik nantinya akan ada perasaan dimana lelah fisik maupun mental terjadi bersamaan. Oleh karenanya, menyeimbangkan kegiatan begitu penting untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap prima, sehingga tidak loyo.
Fase Timbulnya Masalah, Onset Stress
Source: unsplash.com/Christian Erfurt
Fase berikutnya adalah onset stress atau ketika rasa penat itu mulai muncul sedikit demi sedikit. Di waktu ini orang biasanya akan merasa bahwa apa yang dilakukan terasa begitu berat. Masa-masa tertentu akan kehilangan minat sebab lelah yang mendera.
Tahap ini mulai muncul rasa stress. Pekerjaan yang datang bertubi-tubi perlahan akan membuat fisik serta mental jadi berkurang. Optimisme yang mulanya tinggi itu kini mulai menurun sebab stress datang bersama tugas-tugas baru.
Sebelum benar-benar burnout, seseorang akan mudah lupa, cemas, sakit kepala, kehilangan konsentrasi, dan berkurangnya rasa pengharagaan diri. Tindakan ini pun berimbas pada produktivitas dalam bekerja. Onset stress jadi permulaan dari kehadiran burnout yang bisa menjadi parah.
Fase dengan Intensitas yang Semakin Sering, Chronic Stress
Source: unsplash.com/Ema Lalilta
Memasuki fase ini, gejelanya mirip dengan fase sebelumnya. Hanya saja, orang akan lebih merasa stress, merasa tertekan, bahkan kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas. Intensitasnya meningkat, seiring dengan beban yang kian menumpuk.
Tidak ada pekerjaan yang tidak menyebabkan stress. Setiap hal pasti ada saja satu dua poin yang tidak cocok dan memberikan issue baru dalam kehidupan. Stres yang datang semakin banyak, semakin menumpuk, dan berakhir parah.
Seseorang yang tengah berada di dalam fase chronic stress akan menunjukkan emosi yang tidak teratur, agresif, mudah mrah, hingga melarikan diri dari masalah yang datang. Tindakan itu dilakukan sebagai imbas dari pressure yang diterima setiap harinya. Walaupun berkegiatan dengan sedikit tenaga pun, tubuh tetap jadi lelah, terlebih pada malam hari.
Fase Datangnya Bencana, Burnout
Source: unsplash.com/Danie Franco
Setelah melalui tiga fase sebelumnya, ketika seseorang sudah tidak bisa menahan diri, maka akan terjun ke jurang burnout. Keadaan ini lebih sulit untuk di atasi dari fase lain. Ketika burnout tiba, seseorang bisa saja melakukan hal-hal nekad sesuai dengan apa yang dirasakannya saat itu.
Orang yang mengalami burnout bisa dibilang sudah lelah secara fisik maupun mental. Apa yang dikerjakannya hanya sekedar menyelesaikan tanggung jawab. Itu saja terkadang tidak dirampungkan secara tuntas. Pekerjaan jadi tidak maksimal dan berpotensi mengganggu aktivitas orang lain.
Fase burnout menjadi momok yang mengerikan. Pada waktu ini, orang akan merasa lebih hampa, mati rasa, dan kehilangan arah. Minat untuk melakukan kegiatan pun hilang karena stress yang menyesakkan. Semakin lama, orang pun akan kehilangan kepercayaan diri, sering tidak merasakan puas terhadap hasil pekerjaan, dan mangkir dari pekerjaan yang sedang dijalani.
Fase Berkelanjutan, Habitual Burnout
Source: unsplash.com/Luis Villasmil
Burnout yang udah lama dirasakan makan akan sulit untuk diatasi dan berubah menjadi kebiasaan. Seseorang dapat mengalami kelalahan ekstrem dalam hal fisik dan mental. Emosi tidak stabil disertai keluhan kesehatan yang berkepanjangan, seperti sakit kepala dan gangguan pencernaan. Namun, kondisi akan dianggap sebagai suatu hal yang biasa karena sering terjadi.
Seseorang akan merasa burnout bukan sesuatu yang baru. Mereka akan mulai terbiasa dengan keadaan seperti demikian. Walaupun perasaan dari burnout sendiri tidak hilang. Sebagai contoh, seseorang akan terus merasa sedih, tidak berguna, bahkan sakit kronis.
Terbiasa mengalami burnout tentunya bukan satu hal yang baik. Sedikit demi sedikit pastinya kemampuan diri akan menurun dan tidak sadar berlarut hingga akhir hayat. Jadi, burnout harus diatasi meskipun dalam fase ini sudah sangat sulit.
Kerap terjadi di lingkungan kerja, burnout tetap harus diwaspadai. Tidak menutup kemungkinan bahwa kondisi macam ini akan memengaruhi kinerja pribadi maupun tim. Produktivitas yang menurun akan menjadi beban bagi pekerjaan. Belum lagi tanggung jawab yang tidak terselesaikan justru memberatkan di waktu yang akan datang.
Saat sudah merasa stress, sebaiknya sadari hal tersebut. Jangan abaikan walaupun rasanya remeh. Di masa depan, kondisi ini bisa jadi lebih buruk dan merusak berbagai rencana yang sudah dibuat sebelumnya. Ketika sudah parah, burnout lebih sulit untuk ditangani. Kalau sudah butuh pertolongan para ahli, tak perlu takut untuk segera cari rekomendasi terapis yang mumpuni.
Banyak cara untuk mengatasi keadaan diri yang sedang down. Untuk keluar dari fase burnout, sebaiknya bekerja sesuai job desc. Jangan ambil terlalu banyak tanggung jawab baru dan buat skala prioritas. Kemudian buatlah jadwal kapan harus bersantai, bersosialisasi dengan orang lain, istrahat, dan melanjutkan pekerjaan. Tidak dianjurkan untuk mencampur adukan urusan antara pribadi dan pekerjaan. Bangunlah kehidupan yang lebih sehat dengan memisahkan pekerjaan kantor dan rumah.
Comments:
Leave a Reply