Source: Kraton Jogja
Memasuki tahun baru Hijrayah yang jatuh pada tanggal 27 Juni 2025 esok, sejumlah rangkaian telah dilaksanakan oleh salah satu kerajaan yang masih eksis di Indonesia, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Ritual pada malam 1 Sura (Muharram dalam kalender Hijriyah) dilaksanakan pada tanggal 26 Juni malan nanti. Bukan hanya para abdi dalem saja, melainkan ribuan orang dipastikan akan turut serta dalam tapa bisu mubeng beteng hari ini.
Telah menjadi tradisi sejak puluhan tahun lamanya, tapa bisu mubeng beteng atau laku hening ini selalu dilaksanakan pada malam tahun baru dalam penanggalan Jawa. Momen ini menjadi satu waktu bagi manusia untuk merefleksikan, merenungkan, dan berdoa di tahun yang akan datang agar mendapatkan keberkahan. Ritual ini dipercaya merupakan salah saru cara untuk membersihkan hati sebelum menghadapi lembar baru yang sudah ada di depan mata.
Mubeng beteng artinya adalah mengitari beteng. Para abdi dalem dan masyarakat yang ikut akan melakukan perjalanan, dari Kraton Yogyakarta, memutari setiap jalan yang ada di areanya. Perjalanan ini dilaksanakan tanpa berbicara, tanpa bermaian gawai, dan tidak menggunakan alas kaki. Tujuannya adalah agar orang-orang fokus untuk berdoa, memohon ampun, mengucap syukur, dan meminta kenikmatan di masa mendatang. Sedangkan bertelanjang kaki memiliki makna bentuk kerendahan hati.
Source: Kraton Jogja
Prosesi tapa bisu mubeng beteng ini dimulai sejak petang dengan macapatan, pembacaan ayat-ayat Al-Qur\\\'an, dan kidung. Surat Al Fatihah dibacakan dengan khusyuk, kemudian ada Kidung Rumeksa Ing Wengi yang mengikuti menjadi alunan doa yang dilagukan. Acara ini dilaksanakan sebelum pukul 12 malam.
Adanya 12 kali lonceng berbunyi, menandakan bahwa waktu berjalan sudah tiba. Peserta akan menata diri, membentuk barisan dan melakukan kirab. Jalan yang akan dilalui antara lain Rotowijayan, Kauman, Agus Salim, Wahid Hasyim, pojok Beteng Kulon, MT Haryono, pojok Benteng Wetan, Brigjen Katamso, Ibu Ruswo, dan ditutup di Alun-alun Utara.
Agenda tahunan ini selalu ditunggu oleh ribuan masyarakat. Orang-orang akan berkumpul di sepanjang jalan untuk menyaksikan rombongan kirab. Acara ini tentunya terbuka untuk umum dengan mengikuti aturan yang berlaku, seperti tidak boleh berbicara, menggunakan ponsel, dan bertelanjang kaki.
Comments:
Leave a Reply