Source: Pinterest
Nama kue serabi bukan sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia, khususnya daeral Solo, Jawa Tengah. Serabi menjadi kuliner khas daerah tersebut. Tidak jarang serabi diburu untuk dijadikan oleh-oleh.
Bisa dibilang serabi adalah salah satu jenis kue kuno. Kehadirannya sudah ada sejak abad ke-19. Beberapa kali namanya disebutkan dalam mahakarya Mangkunegara, Serat Centhini, atas perintah Pakubuwana V pada masa itu.
Dari bentuknya, serabi nampak seperti piring; bulat dengan cekungan di pinggir-pinggirnya. Serabi Solo dibuat menggunakan bahan dasar tepung beras, santan, serta gula sehingga mendapatkan citasa manis nan gurih yang unik. Teksturnya kenyal sekaligus empuk dilidah. Dibuat dengan cara dipanggang menggunakan arang, menjadikan serabi mempunyai wangi yang begitu menggoda. Serabi yang sudah matang akan digulung dengan daun pisang untuk memudahkan ketika akan dimakan.
Kini serabi sudah banyak dikenal hingga ke luar Solo, termasuk Yogyakarta. Ada banyak kedai yang menyediakan menu ini, tetapi Serabi Notosumans sepertinya masih menduduki peringkat paling atas. Serabi Notosuman juga bisa ditemui di Yogyakarta karena cabangnya ada yang berlokais di Kota Gudeg tersebut.
Serabi Notosuman sudah dirintis sejak tahun 1923 oleh Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan. Lokasi pertamanya ada di Jalan Notosuman (sekarang Jalan Muh Yamin), sehingga nama brand inipun diambil dari jalan yang sama. Sampai saat in, Serabi Notosuman masih diteruskan oleh generasi keempat. Sebenarnya, pasangan suami istri tersebut awalnya membuat apem, tapi karena permintaan pelanggan ingin bentuk apem yang lebih pipih, maka kuliner itu dsebut dengan serabi di kemudian hari.
Comments:
Leave a Reply