Source: tribunnews.com
Malioboro dikenal sebagai lokasi wisata ikonik di Yogyakarta. Namun, ketika menyusuri trotoar kawasan ini, pernagkah Anda mendengar suara sirine menggema? Bersamaan dengan suara ini, orang-orang akan diam sejenak, termasuk yang ada di jalan raya.
Jadi, suara apa itu?
Suara sirine yang mengisi ruang bebas Malioboro itu berasal dari gaok yang terletak di area Pasar Bringharjo. Gaok merupakan bangunan peninggalan zaman kolonialisme Belanda yang sudah berdiri sejak 1925. Meskipun demikian, gaok tetap menjadi tanggung jawab pemerintahan Kraton Ngayogyakarta.
Pembangunan gaok ditujukan sebagai tanda peringatan adanya bahaya udara. Fungsi krusial gaok ini semakin dibutuhkan menjelang pecahnya Perang Asia Pasifik. Di Yogyakarta sendiri, ada beberapa gaok yang dibangun, diantaranya di Hotel Tugu, Lempuyangan, Pakualaman, Plengkung Gading, dan Pabrik Aniem Serangan.
Pergantian kekuasaan kolonialisme tidak merubah fungsi gaok. Kegunaan gaok justru memiliki arti lain saat Belanda kembali menguasai tanah air. Sirine gaok menandakan jam malam telah tiba.
Gaok sebagai batas berlakunya jam malam begitu menguntungkan para pejuang Indonsia dalam bergerilya. Berkat adanya gaok, TNI dapat menyusun rencana untuk melancarkan serangan pada pemerintah kolonialisme. Serangan ini pecah pada tangga 1 Maret 1949 yang dikenal sebagai momentum Serangan Umum 1 Maret 1949.
Gaok bangunan sederhana yang memiliki peran penting dalam perjalanan Indonesia merdeka. Hingga saat ini gaok masih dibunyikan secara rutin, salah satunya adalah untuk memeringati Proklamasi Kemerdekaan. Saat gaok berbunyi, masyarakat akan diam secara otomatis. Tindaka ini merupakan wujud penghormatan atas peristiwa bersejarah. Suara gaok akan dimulai dengan volume keras, kemudian menghilang setelah 5 menit berlalu.
Comments:
Leave a Reply