Source: unsplash.com/Nik
Rasa cemas merupakan satu kondisi yang lumrah terjadi pada siapa saja. Perasaan ini begitu valid, terlebih ketika tengah mengalami masalah, sebelum melaksanakn ujian, sebelum wawancara, atau menghadapi situasi genting lainnya. Kondisi ini begitu lumrah sebagai bentuk dari respon stress yang muncul.
Rasa cemas sudah tidak wajar ketika seseorang yang merasakan berubah jadi kekhawatiran, ketakutan, serta kegelisahan yang berlebihan. Porsinya tidak tepat dengan penyebab yang sebenarnya tidak jelas, tidak sebanding dengan perasaan yang tengah dirasakan. Pada kondisi seperti ini, kerja organ pun akan mengalami gangguan, mulai dari lambung, paru-paru, dan jantung. Rasa cemas yang tadinya lumrah bisa menjadi momok sebagai gangguan kecemasan.
Gangguan kecemasan bisa saja terjadi pada siapa saja melalui trigger tertentu. Keadaan ini diawali saat coping mechanism sudah tidak mampu mengatasi rasa cemas, sehingga otak membuat keputusan bahwa tengah menghadapi bahaya atau ancaman yang sebenarnya tidak benar-benar ada. Coping mechanism sendiri merupakan usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang menyebabkan stres.
Penyebab adanya gangguan kecemasan bisa diteliti secara medis, jadi tetap bisa ditolong. Namun, pertolongan untuk gangguan kecemasan ini pun harus disesuaikan dengan jenisnya. Artinya, memang terdapat beberapa jenis gangguan kecemasan yang bisa dialmi oleh seseorang.
Yuk, kenali lebih jauh tentang macam-macam gangguan kecemasan tersebut!
Generalized Anxiety Disorder (GAD)
Source: unsplash.com/Christopher Ott
Jenis pertama yang sering atau umum dialami adalah generalized anxiety disorder atau GAD. Pengidap gangguan ini ditandai dengan ras cemas, takut, khawatir secara berebihan tanpa alasan yang khusus. Hal-hal kecil dan remeh bahkan bisa jadi sesuatu yang begitu mengganggu.
Gangguan GAD kerap disertai gangguan fisik, contohnya tegang, sakit kepala, mual, susah tidur, bahkan sesak napas. GAD dapat terjadi setiap hari selama berbulan-bulan. Jika tidak ditangani, masalah ini bisa menganggu kemampuan pengidapnya dalam berinteraksi maupun menjalani aktivitas sehari-hari.
Fobia
Source: unsplash.com/df hobbs
Gangguan cemas berikutnya ialah fobia, sebuah gangguan kecemasan dimana pengidapnya mengalami ketakutan berlebihan pada objek, situasi, atau keadaan yang sebenarnya tidak berbahaya. Sebagai contoh, sering dijumpai orang-orang yang takut akan kegelapan, pola tertentu, ketinggian, ruangan sempit, dan lain-lain.
Gangguan kecemasan fobisa lebih mudah untuk dikenali dan dikendalikan ketika orang lain pun mengetahui hal apa yang jadi pemicu. Seseorang tidak bisa dipaksa untuk menghadapi apa yang jadi ketakutannya karena itu sangat membuat kesulitan, hingga menciptakan penderitaan tiada akhir. Biasanya seseorang yang fobianya sedang kambuh akan memberikan reaksi berlebihan, seperti berteriak, menangis, berlari tanpa arah, berkeringat dingin, jantung berdebar, sampai tidak sadarkan diri.
Kecemasan Sosial atau Social Phobia
Source: unsplash.com/Andrew Lvov
Siapa bilang gangguan kecemasan hanya berasal dari benda atau kejadian tertentu saja? Gangguan kecemasan bahkan dapat tercipta melalui kegiatan sosial antar manusia. Justru kondisi ini yang paling mungkin terjadi bagi kebanyakan orang.
Manusia sebagai makhluk sosial, membutuhkan orang lain untuk tetap hidup dan memenuhi kebutuhannya. Setiap hari selalu ada interaksi yang mampu membentuk pengalaman baru berupa relasi, pertukaran informasi, dan sebagainya. Semakin banyak orang berinteraksi, tidak menutup kemungkinan tumbuh rasa takut dan cemas terhadap penilaian dari orang lain.
Perbedaan karakter dari tiap individu sebanarnya adalah tanggung jawab masing-masing. Namun, kadang orang merasa mereka harus memenuhi ekspektasi setiap orang. Sampai pada titik, orang dapat merasa rendah diri, malu, kurang kompeten, atau lainnya. Orang yang mengalami gangguan kecemasan sosial cenderung mengalihkan pandangan ketika berkomunikasi.
Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Source: unsplash.com/Susan Wilkinson
Berikutnya ada gangguan kecemasan yang timbul setelah seseorang mengalami sebuah kajadian traumatis, seperti tindak kejahatan, kecelakaan, atau kondisi lain dimana seseorang hampir kehilangan nyawa. Kondisi ini disebut sebagai Post-Traumatic Stress Disorder atau PTSD. Kondisi ini bisa dialami siapa saja, baik anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa.
PTSD menjadi kondisi yang serius karena seseorang yang mengalaminya selalu merasa terancam dan ketakutan. Kondisi tersebut tidak bisa dipastikan kapan bisa berkurang atau jauh lebih baik, bisa saja hanya sebulan, enam bulan, setahun, bahkan bertahun-tahun. Pemicunya bisa membuat pengidap PTSD mengalami mimpi buruk, kilas balik kejadian yang jadi asal muasal gangguan kecemasan, disertai reaksi impulsif, misalnya menangis dan berteriak. Jadi, PTSD memang harus ditangani secara medis menggunakan terapi juga obatan-obatan tertentu untuk mengurangi atau mengelola rasa cemas tersebut.
Gangguan Panik
Source: unsplash.com/Soliving Healthcare
Berikutnya adalah gangguan panik yang juga umum terjadi pada siapa saja. Gangguan ini bahkan kerap terjadi tanpa ada trigger yang jelas. Seseorang yang mengalami gangguan panik tidak akan melihat dimana dirinya kambuh dan kapan waktunya terjadi.
Gangguan panik ditandai dengana adanya serangan panik atau panic attack yang tiba-tiba saja terjadi. Mulai dari jantung berdebar, keringat dingin, lemas, gemetar, sesak napas, perut sakit, dan terakhir bisa jadi tidak sadarkan diri. Seseorang yang memiliki gangguan panik bahkan kerap merasak akan meregang nyawa ketika sedang kambuh. Terlebih sifatnya sangat tidak bisa diprediksi, membuat mereka lebih memilih untuk menghindari banyak interaksi, menarik diri dari kehidupan sosial untuk mengisolasi diri.
Obsessice-Compulsive Disorder (OCD)
Source: unsplash.com/Tanja Tepavac
Berikutnya adalah Obsessice-Compulsive Disorder atau OCD adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang melakukan tindakan berulang. Tanpa disangka bahwa tindakan tersebut merupakan obsesi terhadap suatu hal. Hal ini dipicu karena pengidapnya memiliki kekhawatiran terhadap suatu atau beberapa hal, contohnya cemas akan kebersihan tangannya, jadi mereka akan mencuci tangan terus menerus.
Dibandingkan remaja atau anak-anak, OCD justru banyak terjadi pada anak muda usia produktif. Mereka memiliki pola sendiri yang selalu dianggap benar. Cenderung tampak perfeksionis terhadap suatu hal yang akhirnya menimbulkan gangguan sendiri. Hampir sama dengan gangguan panik, OCD sulit dikendalikan. Tidak jarang bahkan mengganggu kehidupan orang lain karena adanya obsesi yang terus menerus dilakukan. OCD pun berpotensi diikuti dengan kondisi lain, contohnya depresi dan bipolar.
Gangguan kecemasan bukan hanya omong belakang. Walaupun memang wajar orang hidup mengalami kecemasan ketika menghadapi sesuatu, maka normalnya perasaan itu akan hilang setelah hal tersebut berlalu. Kecemasan tidak akan tinggal dan berulang-ulang di kemudian hari. Rasa cemas yang tidak wajar ini mengarah pada sesuatu yang sebenarnya tidak ada, pada hal-hal kecil, bahkan perasaan pribadi yang merasa dihakimi, padahal kenyataan tak terjadi.
Jangan takut untuk mengatakan pada orang terdekat atau segera cari bantuan ketika dirasa rasa cemas sudah terlalu berlebihan. Gangguan kecemasan mungkin memang tidak bisa disembuhkan begitu saja, sebab ketika trigger-nya masih ada, maka kemungkinan hilang secara sempurna pun kecil. Namun, paling tidak ketika seseorang sudah mulai perhatian dengan dirinya, mereka mampu mencari pertolongan pada pihak yang lebih ahli. Mereka bisa merawat gangguan kecemasan tersebut menggunakan terapi atau obat-obatan tertentu. Di samping itu, tidak ada salahnya berbagi dengan sekitar terkait kondisi agar lebih berhati-hati dan membantu saat dibutuhkan.
Comments:
Leave a Reply