Mengenal Jenis Biji Kopi, Dari yang Asam sampai Pahit!


Source: unsplash.com/Nathan Dumlao

Kopi adala salah satu jenis hidangan kerap menjadi bahan perbincangan di tengah masyarakat. Popularitas kopi kian merebak memasuki era digital yang semakin maju. Pengetahuan-pengetahuan tentang kopi setidaknya bisa sampai di khalayak umum secara cepat. Beragam tutorial di social media mampu menjadi panduan instan dalam proses pemanfaatan biji kopi. Hal ini ditandai dengan banyaknya coffee shop yang buka di Indonesia.

Sekilas, kopi memang sekadar menggiling, menyeduh, kemudian dinikmati. Jauh dari itu, kopi mengalami serangkaian peristiwa yang panjang. Untuk menjadi biji kopi yang siap untuk dikonsumsi, memerlukan proses-proses tertentu yang menghasilkan bentuk, aroma, hingga citarasa berbeda-beda. Oleh karena itu, karteristik setiap biji kopi memang unik.

Biji kopi atau beans tampak kelihatan sama di mata awam. Padahal, beans dapat dikategorikan jadi beberapa jenis. Ketika dilihat lebih teliti dan detail, beans yang berada di pasaran memiliki ciri-cirinya tersendiri. Mulai dari tahap pemetikan, pengeringan, pengupasan kulit, dan sangria, semuanya akan memberikan hasil yang variatif.

Mau tahu lebih lanjut? Coba cek di bawah ini!

Arabika



Source: unsplash.com/Nicolas Houdayer

Jenis biji kopi yang pertama adalah arabika. Jenis ini diketahui yang apling banyak tesebar di seluruh dunia. Hampir 70% produksi kopi global berasal dari arabika. Dari bentuk bijinya, kopi arabika memang berukuran lebih kecil, oval, dan pipih.

Biji kopi arabika biasa ditanam dan dibudidayakan di atas ketinggiaan 1.000 mdpl, sebab memang menyukai iklim yang sejuk. Pohonnya kecil dan rentan terhadap hama. Oleh karena itu, perawatan biji kopi arabika memang memerlukan ketelatenan yang lebih hati-hati. Namun, hasil dari biji kopi arabika biasanya memiliki kualitas tinggi.

Rasa yang dihasilkan dari arabika lebih light, asam yang tidak terlalu pekat, dan aroma kompleks. Kandungan kafein yang terdapat di dalamnya pun tidak terlalu tinggi, sehingga dapat dikonsumsi bahkan orang yang mengidap asam lambung. Kopi ini paling sering dijadikan line up di coffee shop, baik untuk filter maupun espresso based.

Robusta

Source: unsplash.com/Mark Daynes

Jenis beans selanjutnya ialah robusta. Jenis ini pun cukup popular di dunia dan memiliki peminat cukup banyak. Robusta menyumbang kurang lebih 30-40% produksi beans secara global. Dibandingkan dengan arbika, biji kopi robusta memang lebih besar dan berwarna lebih gelap.

Biji kopi arabika lebih mudah dibudidayakan. Robusta bisa bertahan di tempat yang tidak terlalu tinggi, beriklim hangat, dan lembap. Pohon biji kopi robusta bisa tumbuh pada ketinggian 400-700 mdpl selama kurang lebih 3-4 bulan kering dan 3-4 hujan kiriman. Jadi, biji kopi robusta memang mudah ditemukan di kawasan perbukitan.

Ditinjau dari rasanya, kopi robusta memang punya rasa yang lebih pahit dan pekat. Hal ini disebabkan karena kopi robusta memang memiliki kadar kafein yang lebih tinggi dibandingkan arabika. Namun, berbanding terbalik dengan kandungan gula yang rendah. Aromanya sederhana dan sangat cocok bagi orang yang memang menyukai getir kopi yang tajam. Robusta lebih sering ditemukan dalam kemasan sachet instan dan di-blend bersama kopi arabika untuk menghasilkan rasa baru.

Liberika



Source: unsplash.com/wisnu dwi wibowo

Mungkin nama liberika agak sedikit awam bagi khalayak umum. Namun, liberika bukan hal yang baru bagi orang-orang yang tertarik dan berkecimpung di dunia kopi. Berasal dari kawasan Liberia, Afrika Barat, biji kopi ini cenderung langka di pasaran.

Dilihat dari bentuk fisiknya, biji kopi liberika lebih panjang, besar, dan tidak beraturan. Aromanya cenderung smoky dengan adanya buah atau kacang yang terkadang muncul. Pohon kopi liberika dapat tumbuh di kawasan 0-900 mdpl dengan suhu 21-30 derajat. Dapat disimpulkan bahwa kopi liberika memang dapat bertahan di kawasan yang memiliki iklim panas dan lembap.

Biji kopi liberika punya rasa unik. Rasanya cenderung pahit, tapi tidak terlalu asam. Aromanya menarik, bercampur kombinasi antara buah, asap, dan kacang-kacangan. Walaupun produksinya tidak semasif arabika dan robusta, kopi liberika tetap beredar secara global. Filipina dan Malaysia menjadia dua negara yang kerap menyajikannya. Begitupun Indonesia, terdapat beberapa perkebunan yang menghasilkan kopi liberika, misalnya di kawasan Jambi dan Bengkulu.

Excelsa

Source: unsplash.com/Kelly Sikkema

Terdengar asing? Jenis kopi ini memang tidak banyak diperbincangkan. Popularitasnya berkembang di antara penikmat kopi. Padahal, variasi kopi ini masih satu keluarga dengan Coffea liberica atau kopi liberika yang banyak ditemukan di Afrika dan Asia Tenggara. Seperti namanya, jenis kopi ini termasuk ke dalam jenis kopi unggulan, dari rasa hingga ketahanan pohonnya terhadap hama dan iklim. Kekurangannya hanya satu, yaitu produksinya yang sedikit.

Karateristrik dari excelsa beans begitu menarik nan misterius. Fisiknya hampir mirip liberika, tetapi lebih besar, tidak beraturan, dan berwarna lebih gelap. Teksturnya kasar yang nantinya akan memengaruhi citarasa yang mumpuni. Sedangkan aromanya begitu khas, tidak dimiliki oleh beans lain.

Kopi excelsa akan menghasilkan rasa yang berbeda, tidak bisa disamakan dengan arabika, robusta, bahkan liberika pada umumnya. Oleh karena itu, excelsa menjadi jenis kopi yang dibedakan dari liberika. Rasanya cenderung fruity, ada sentuhan rempah-rempah, manis, dan asam menjadi satu. Begitu kompleks dan cocok bagi orang-orang yang gemar eksplorasi rasa baru.

Decaf

Source: unsplash.com/Heidi Meer

Nah, bagi orang pengidap penyakit lambut tapi tetap ingin minum kopi, biji kopi decaf bisa jadi solusi yang menarik. Decaf sebenarnya bukan jenis biji kopi, tetapi hasil dari pemrosesan baik arabika maupun robusta. Kelebihan dari biji decaf adalah memiliki kandungan kafein yang rendah. Sayangnya, hal tersebut pun dapat memengaruhi rasanya.

Proses decaf dilakukan dengan merendam beans pada air atau uap selama beberapa waktu sampai mengembang. Langkah ini dilakukan sebelum adanya pemangganggan. Kemudian, kopi akan diekstraksi menggunakan air serta zat yang mampu mengurangi kadar kafein. Setelah itu, kopi akan dikeringkan kembali untuk mengembalikan kelembapan.

Terdengar sehat dan kekinian, penikmat kopi decaf akan merasakan beberapa kekurangan yang cukup signifkan. Akibat dari pemrosesan yang panjang dengan mengurangi kadar kafein, itu artinya rasa pun akan berubah. Aromanya juga berbeda, tidak seperti jenis kopi sebelumnya. Namun, teknologi saat ini tengah berusaha untuk mengembangkannya agar rasa yang terdapat pada kopi tidak mengalami perubahan.

Beberapa jenis biji kopi di atas adalah yang paling umum dan tersebar di seluruh dunia. Penentuan dan penglompokannya pun tidak sederhana, karena harus dibedakan dari segi bentuk fisik, geografis, aroma, bahkan rasa yang nantinya akan dihasilkan. Pemrosesan biji kopi dari mentah hingga matang pun dapat memengruhi hasil, sehingga setiap biji kopi punya keunikan masing-masing.

Minum kopi bukan hanya sekadar aktivitas yang dilakukan setiap hari. Jauh lebih dalam, eksplorasi tentang kopi memang begitu menarik perhatian. Dari mana kopi itu berasal, seperti apa pemrosesannya, bagaimana cara penyeduhan yang baik, hingga rasa menggelitik yang berbeda tiap-tiap bijinya. Kopi adalah keunikan, karakter, dan rasa yang tumbuh di dalam kehidupan.

Jangan lupa minum kopi!

Comments:

Leave a Reply

you may also like

...