Mahasiswa dan Mental Health: Tantangan, Gejala, serta Cara Mengatasinya


source: Freepik


Hidup sebagai mahasiswa sering kali digambarkan penuh semangat, penuh kebebasan, dan penuh peluang. Namun di balik citra “masa emas” itu, ada kenyataan lain yang jarang dibicarakan: tekanan akademik, tuntutan sosial, dan kecemasan tentang masa depan. Semua itu bisa memengaruhi kesehatan mental.

Tak sedikit mahasiswa yang merasa kewalahan hingga mengalami gangguan psikologis. Sayangnya, masalah ini kerap dianggap sepele, padahal efeknya bisa memengaruhi prestasi akademik, hubungan sosial, bahkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Nah, dalam artikel ini kita akan membahas gangguan kesehatan mental yang sering dialami mahasiswa serta cara mengatasinya.

1. Stres Akademik

Kenapa Bisa Terjadi?

Deadline tugas, presentasi, ujian, skripsi — semuanya bisa bikin kepala terasa meledak. Stres akademik terjadi ketika tuntutan belajar terasa jauh lebih besar daripada kemampuan kita untuk mengatasinya.

Gejalanya

  • Sulit tidur karena kepikiran tugas.

  • Mudah marah atau tersinggung.

  • Merasa lelah meski baru bangun tidur.

Cara Mengatasinya

Atur jadwal belajar secara realistis. Jangan tunda pekerjaan karena hanya akan menambah beban. Teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi juga bisa membantu menenangkan pikiran. Jangan juga mengambil tugas atau kegiatan lainnya ketika beban yang harus dikerjakan sudah banya.

2. Kecemasan (Anxiety)

Kenapa Bisa Terjadi?

Mahasiswa sering dihantui pertanyaan: “Nilai aku cukup nggak?”, “Bisa lulus tepat waktu nggak?”, “Mau kerja di mana nanti?” Kekhawatiran berlebihan bisa berkembang menjadi kecemasan.

Gejalanya

  • Jantung berdebar tanpa sebab jelas.

  • Sulit fokus saat belajar.

  • Merasa panik menghadapi ujian atau wawancara.

Cara Mengatasinya

Belajar menerima bahwa tidak semua hal bisa dikendalikan. Coba fokus pada hal yang bisa dilakukan sekarang. Olahraga ringan seperti jalan kaki atau yoga terbukti ampuh menurunkan gejala cemas. Jika berlanjut, jangan ragu konsultasi ke psikolog kampus.

Baca juga: 5 Tips Traveling ke Luar Negeri dengan Budget Minim dan Aman di Kantong

3. Depresi

Kenapa Bisa Terjadi?

Rasa kesepian, kegagalan akademik, atau masalah keluarga bisa memicu depresi. Ini bukan sekadar “sedih biasa”, melainkan kondisi serius yang membutuhkan perhatian.

Gejalanya

  • Kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu disukai.

  • Perasaan putus asa berkepanjangan.

  • Perubahan pola makan dan tidur drastis.

Cara Mengatasinya

Cerita pada orang yang dipercaya, entah sahabat atau keluarga. Jangan memendam semua sendirian. Aktivitas fisik rutin juga dapat membantu meningkatkan hormon endorfin yang membuat suasana hati lebih baik. Jika gejala makin berat, segera cari bantuan profesional.

4. Burnout

Kenapa Bisa Terjadi?

Burnout adalah kelelahan emosional, fisik, dan mental akibat tuntutan yang terus menerus. Pada mahasiswa, biasanya muncul saat menghadapi tugas menumpuk, organisasi, dan magang sekaligus.

Gejalanya

  • Kehilangan motivasi belajar.

  • Merasa hampa meski sudah berusaha keras.

  • Produktivitas menurun drastis.

Cara Mengatasinya

Belajarlah mengatakan “tidak” jika beban sudah terlalu banyak. Sisihkan waktu untuk istirahat berkualitas. Hobi kecil seperti membaca buku, mendengarkan musik, atau nongkrong bersama teman bisa jadi cara me-recharge energi. Intinya Sobat Glamours tetap harus menyediakan waktu untuk diri sendiri.

source: Freepik

5. Gangguan Pola Tidur

Kenapa Bisa Terjadi?

Begadang demi menyelesaikan tugas atau maraton drama bisa merusak pola tidur. Padahal, tidur cukup sangat penting untuk kesehatan mental.

Gejalanya

  • Sulit tidur meski badan capek.

  • Sering terbangun tengah malam.

  • Mengantuk di kelas meski sudah “tidur lama”.

Cara Mengatasinya

Ciptakan rutinitas tidur yang teratur, mengingat mahasiswa pasti selalu memiliki jadwal pada keesokan harinya. Hindari konsumsi kafein atau gadget setidaknya satu jam sebelum tidur. Jika tetap sulit tidur, lakukan peregangan ringan atau meditasi singkat.

6. FOMO (Fear of Missing Out)

Kenapa Bisa Terjadi?

Di era media sosial, mahasiswa sering merasa harus selalu update, ikut semua kegiatan, atau punya pencapaian luar biasa seperti teman-temannya. Akibatnya, muncul rasa tidak puas terhadap diri sendiri.

Gejalanya

  • Membandingkan diri dengan orang lain secara berlebihan.

  • Gelisah jika tidak aktif di media sosial.

  • Merasa hidup “kurang berharga”.

Cara Mengatasinya

Batasi waktu bermain media sosial. Ingat bahwa apa yang terlihat di Instagram atau TikTok hanya sebagian kecil dari realita. Fokus pada pencapaian pribadi, bukan sekadar validasi dari orang lain. Terkadang apa yang kita lakukan tidak sejalan dengan apa yang orang umum lakukan, dan itu tidak menjadi masalah sama sekali.

Baca juga: Ingin Aktivitas Hiking Kamu Aman ? Yuk Perhatikan Kesehatanmu dengan Tips Berikut Ini

7. Kesepian (Loneliness)

Kenapa Bisa Terjadi?

Merantau jauh dari keluarga membuat banyak mahasiswa merasa sendirian. Tidak semua orang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru.

Gejalanya

  • Merasa terisolasi meski berada di keramaian.

  • Sulit membangun hubungan pertemanan.

  • Perasaan kosong berkepanjangan.

Cara Mengatasinya

Cobalah aktif dalam komunitas atau organisasi sesuai minat. Jangan ragu menghubungi keluarga lewat telepon atau video call untuk mengurangi rasa rindu. Ingat, membangun hubungan butuh waktu, jadi beri kesempatan pada diri sendiri untuk beradaptasi.

8. Masalah Kepercayaan Diri

Kenapa Bisa Terjadi?

Lingkungan kampus sering kali kompetitif. Mahasiswa bisa merasa minder ketika melihat teman yang lebih pintar, lebih aktif, atau lebih populer.

Gejalanya

  • Enggan berbicara di depan umum.

  • Merasa tidak cukup baik.

  • Menghindari tantangan baru karena takut gagal.

Cara Mengatasinya

Tingkatkan self-talk positif. Ingatkan diri sendiri bahwa setiap orang punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Jangan ragu mencoba hal baru meski takut gagal, karena dari kegagalan justru banyak pelajaran berharga. Sobat Glamours juga bisa meningkatkan rasa kepercayaan diri melalui lingkungan, loh. Lingkungan pertemanan yang positif dapat membuat Sobat Glamours lebih berkembang, salah satunya dalam hal kepercayaan diri.

Pentingnya Dukungan Lingkungan

Gangguan kesehatan mental pada mahasiswa tidak bisa diselesaikan sendirian. Peran lingkungan kampus, keluarga, dan teman sangat penting. Kampus perlu menyediakan layanan konseling yang mudah diakses. Teman sebaya juga bisa membantu dengan sekadar mendengarkan tanpa menghakimi.

Sobat Glamours juga memiliki peran besar dalam hal membantu teman yang sedang melalui beberapa fase di atas. Tidak selalu seseorang mau bercerita tentang apa yang mereka rasakan. Jadi, sebagai seorang teman juga harus bisa apakah seseorang sedang butuh waktu sendiri atau justru butuh bantuan.

Kapan Harus Cari Bantuan Profesional?

Jika gejala sudah mengganggu aktivitas sehari-hari — misalnya tidak bisa kuliah, kehilangan motivasi total, atau muncul pikiran menyakiti diri — itu tanda harus segera mencari bantuan. Konsultasi dengan psikolog atau psikiater bukanlah hal memalukan, melainkan bentuk keberanian untuk peduli pada diri sendiri.

Masa kuliah memang penuh tantangan, tapi juga kesempatan untuk tumbuh. Menghadapi gangguan kesehatan mental bukan berarti lemah, justru menunjukkan bahwa kita manusiawi. Dengan mengenali tanda-tanda awal dan berani mencari bantuan, mahasiswa bisa melewati masa kuliah dengan lebih sehat, baik secara akademik maupun emosional.

Jadi, kalau kamu merasa “nggak baik-baik saja”, ingatlah: kamu tidak sendirian, dan selalu ada jalan untuk sembuh.

Baca juga: Nikmati Liburan Anda, Berikut 5 Tips Mengatasi Culture Shock Saat Berlibur Ke Luar Negeri

Comments:

Leave a Reply

you may also like

...