Toxic Relationship Alert: Tanda-Tanda Gaslighting yang Harus Kamu Tahu


source: Freepik


Hubungan romantis sering kali digambarkan indah: penuh perhatian, saling mendukung, dan memberi rasa aman. Namun, tidak semua hubungan berjalan seperti cerita manis di film. Ada kalanya sebuah hubungan justru menjadi sumber stres, luka batin, bahkan menggerogoti kepercayaan diri seseorang.

Salah satu bentuk perlakuan tidak sehat yang belakangan banyak dibicarakan adalah gaslighting. Istilah ini mungkin sudah sering kamu dengar di media sosial, tapi tidak semua orang benar-benar paham apa maksudnya. Gaslighting hanyalah salah satu dari banyak “toxic treatment” yang bisa muncul dalam hubungan, baik itu pacaran, pernikahan, bahkan pertemanan dekat.

Lalu, apa sebenarnya gaslighting itu? Bagaimana cara mengenalinya, dan apa saja bentuk toxic treatment lainnya yang sebaiknya kita waspadai?

Apa Itu Gaslighting?

Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis ketika seseorang membuat lawan bicara atau dalam hal ini pasangannya meragukan ingatan, perasaan, atau persepsinya sendiri. Tujuannya adalah mengendalikan pasangan dengan membuat mereka merasa bingung, tidak berharga, atau seolah selalu salah.

Contoh sederhana:

  • Kamu marah karena pasanganmu berbohong. Namun, ia malah berkata: “Kamu terlalu lebay, aku nggak pernah bilang begitu.”

  • Saat kamu mengingat jelas sebuah kejadian, pasangan justru memutar balik fakta: “Kamu salah ingat, yang terjadi sebenarnya begini.”

  • Ketika kamu mengungkapkan perasaan, pasangan mengecilkan itu: “Ah, kamu terlalu sensitif, itu masalah kecil.”

Lama-kelamaan, korban gaslighting bisa kehilangan rasa percaya diri, bingung membedakan realita, dan bergantung penuh pada pasangan untuk “versi kebenaran”.

Kenapa Gaslighting Berbahaya?

Gaslighting bukan sekadar adu argumen atau perbedaan pendapat. Ia bisa menimbulkan dampak serius:

  • Merusak kesehatan mental: korban jadi cemas, stres, bahkan depresi.

  • Mengikis harga diri: korban merasa dirinya bodoh, tidak layak, atau tidak bisa dipercaya.

  • Membuat terjebak dalam hubungan tidak sehat: korban sulit pergi karena merasa tidak mampu berdiri sendiri.

Inilah alasan kenapa gaslighting sering disebut sebagai bentuk emotional abuse alias kekerasan emosional.

Tanda-Tanda Kamu Jadi Korban Gaslighting

Bagaimana cara tahu apakah kamu sedang mengalami gaslighting? Berikut beberapa tanda yang sering muncul:

  1. Kamu sering mempertanyakan ingatanmu sendiri.

  2. Kamu merasa bersalah atau “selalu salah” dalam setiap konflik.

  3. Pasangan sering meremehkan perasaanmu.

  4. Kamu jadi sulit percaya pada diri sendiri.

  5. Kamu merasa tidak berdaya tanpa validasi pasangan.

Jika tanda-tanda ini terasa familiar, bisa jadi kamu sedang mengalami gaslighting.

Baca juga: Ingin Punya Hubungan Langgeng? Berikut 5 Tips Membangun Komunikasi Bersama Pasangan

Toxic Treatment Lainnya dalam Hubungan

Selain gaslighting, ada banyak bentuk toxic treatment lain yang sama berbahayanya. Mari kita kenali satu per satu:

1. Silent Treatment

Pasangan sengaja mendiamkanmu saat konflik, menolak bicara, bahkan mengabaikan keberadaanmu. Alih-alih menyelesaikan masalah, sikap ini hanya membuatmu merasa diasingkan. Selama salah satu pihak melakukan silent treatment ini, masalah apapun tidak akan selesai.

2. Overly Controlling

Pasangan mengatur hidupmu secara berlebihan, mulai dari pakaian yang dipakai, siapa temanmu, sampai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kedengarannya seperti perhatian, tapi sebenarnya itu bentuk kontrol yang tidak sehat.

3. Playing Victim

Setiap kali terjadi masalah, pasangan selalu memposisikan diri sebagai korban. Ia membuatmu merasa bersalah, meskipun sebenarnya ia yang salah. Perilaku playing victim ini juga akan berimbas pada “korban” dalam jangka panjang. Ia akan selalu merasa bersalah atas segala hal meskipun itu bukan kesalahannya

4. Cemburu Berlebihan

Rasa cemburu wajar, tapi kalau sudah berlebihan hingga membatasi ruang gerakmu, itu bisa jadi racun. Misalnya, melarangmu berteman dengan lawan jenis, atau marah setiap kali kamu sibuk dengan pekerjaan. 

5. Love Bombing

Di awal hubungan, pasangan memberimu kasih sayang dan perhatian berlebihan. Namun, setelah itu, ia tiba-tiba menarik diri dan membuatmu bingung. Pola naik-turun ini membuatmu ketagihan validasi darinya. Biasanya treatment seperti ini kamu temukan pada lawan jenis yang hanya penasaran sama kamu.

source: Freepik

6. Verbal Abuse

Pasangan sering mengeluarkan kata-kata kasar, merendahkan, atau mengejek. Kata-kata bisa jadi senjata yang melukai lebih dalam daripada kekerasan fisik.Tidak perlu kata-kata yang jelas menggambarkan kekerasan verbal, terkadang ada hal-hal seperti membandingkanmu dengan orang lain juga menjadi salah satu tanda kecil verbal abuse. 

7. Physical Abuse

Kekerasan fisik menjadi salah satu tanda paling jelas bahwa kamu harus segera lepas dari hubungan yang toxic. Bukan hanya menampar atau memukul, tindakan sederhana seperti menggenggam terlalu erat, menarik paksa, atau memberi cubitan-cubitan yang berlebihan menjadi salah satu contoh kekerasan fisik.

Kenapa Orang Bisa Terjebak dalam Hubungan Toxic?

Ada banyak alasan kenapa seseorang tetap bertahan dalam hubungan toxic meski sudah jelas merasa tidak bahagia:

  • Takut kehilangan: merasa tidak ada orang lain yang akan menerima dirinya.

  • Manipulasi emosional: pasangan membuat korban percaya bahwa semua masalah adalah salahnya.

  • Ketergantungan: baik finansial, emosional, maupun sosial.

  • Harapan akan berubah: korban percaya suatu hari pasangannya akan berubah lebih baik.

Namun, faktanya, toxic treatment jarang hilang dengan sendirinya tanpa kesadaran dan usaha dari kedua belah pihak.

Baca juga: Tips Pengguna Medsos: Cara Menggunakan Platform Digital untuk Kesehatan Mental Anda

Cara Menghadapi Gaslighting dan Toxic Treatment

Lalu, apa yang bisa dilakukan jika kamu menyadari ada pola toxic dalam hubunganmu?

  1. Kenali tanda-tandanya
    Kesadaran adalah langkah pertama. Jika kamu merasa tidak nyaman, jangan abaikan perasaan itu.

  2. Bicarakan dengan pasangan
    Sampaikan dengan tenang apa yang membuatmu tidak nyaman. Pilih waktu yang tepat, dan gunakan kalimat “Aku merasa…” agar tidak terkesan menyalahkan.

  3. Tetapkan batasan
    Berani berkata tidak jika pasangan melewati batas. Batasan yang sehat membantu menjaga harga diri.

  4. Cari dukungan
    Cerita pada teman, keluarga, atau bahkan profesional seperti psikolog bisa sangat membantu. Dukungan eksternal memberi perspektif baru.

  5. Pertimbangkan hubunganmu
    Jika toxic treatment terus berulang tanpa ada perbaikan, pertimbangkan untuk mundur. Kesehatan mental lebih penting daripada bertahan dalam hubungan yang merusak.

Pentingnya Hubungan yang Sehat

Hubungan yang sehat bukan berarti tanpa konflik. Justru konflik wajar terjadi, asalkan diselesaikan dengan cara yang sehat: saling mendengar, menghargai, dan mencari solusi bersama.

Ciri hubungan yang sehat antara lain:

  • Ada komunikasi terbuka.

  • Saling mendukung pertumbuhan masing-masing.

  • Menghargai batas pribadi.

  • Tidak ada manipulasi atau dominasi berlebihan.

  • Kedua belah pihak merasa aman dan dihargai.

Gaslighting dan toxic treatment lainnya bisa menghancurkan rasa percaya diri, bahkan membuat seseorang kehilangan jati dirinya. Karena itu, penting bagi kita untuk selalu waspada dan berani mengevaluasi hubungan.

Cinta sejati bukan tentang siapa yang lebih berkuasa, melainkan tentang saling tumbuh bersama. Kalau hubungan membuatmu lebih sering menangis daripada tertawa, mungkin itu tanda bahwa ada sesuatu yang harus diperbaiki.

Jangan takut untuk mencari bantuan, atau bahkan meninggalkan hubungan yang tidak sehat. Karena pada akhirnya, kamu berhak mendapatkan cinta yang sehat, tulus, dan membahagiakan.

Baca juga: Kenali Tanda-tanda Burnout, Langkah Awal Dalam Menjaga Kesehatan Mental Anda

Comments:

Leave a Reply

you may also like

...