Yee Sang: Kuliner Khas Saat Imlek, Disantap dengan Cara yang Unik


Source: Pinterest

Imlek sebagai salahsatu perayaan etnis Tionghoa, merupakan momentum yang paling ditunggu-tunggu, Waktu ini banyak dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga dan mempererat tali persaudaraan. Selain itu, ragam tradisi juga dilakukan penuh sukacita, salahsatunya adalah tradisi untuk menyantap yee sang. Walaupun belum terlalu lama popular di Indonesia, yee sang tetap menjadi kuliner yang istimewa ketika Imlek karena memiliki makna yang mendalam.

Yee sang sendiri meruapakan salad tradisional khas Tiongkok. Salad ini terbuat dari dua bahan utama, yaitu ikan mentah dan sayur-mayur. Setelah dipotng tipis-tipis, bahan-bahan ini ditaruh di dalam piring lebar dan diberi jahe, air jeruk, serta bumbu-bumbu lainnya.

Dilihat dari segi porsi, yee sang memang disajikn dalam jumlah yang cukup banyak dalam satu wadah besar. Bahan ikan yang digunakanpun sebenarnya bebas, tetapi ikan salmon lebih banyak disukai. Penggunaan ikan salmon ini juga banyak ditemui di Singapura.



Source: Pinterest

Bukan hanya dari segi pembuatan, keunikan yee sang juga terletak pada cara menyantapnya. Ketika akan disantap, anggota keluarga akan berkumpul mengerumuni piring dengan sumpit masing-masing. Kemudian, sembari mengambil yee sang dan diangkat tinggi-tinggi, mereka akan berteriak “lo hei” yang artinya angkat bersama.

Tradisi menyantap yee sang ini berkaitan era dengan filosofi yang dimiliki. Yee sang berasal dari frasa yu sheng yang artinya ikan mentah. Namun, kata yu sheng juga sama pengucapannya dengan yu sheng yang artinya kelimpahan hdup. Nah, dari sana, masyarakat Tionghoa melakukan tradisi yee sang untuk mendapatkan kemakmuran dalam hidupnya. Mengangkat tinggi-tinggi secara juga menjadi symbol agar bisa sukses bersama.

Di Indonesia sendiri, tradisi yee sang memang baru popular selama belasan tahun. Tradisi ini justru lebih dikenal di negara tetangga, yaitu, Singapura dan Malaysia. Menurut mitologi China, yee sang bisa dikonsumsi pada hari ke tujuh pada kalender pertama China. Hal ini disebabkan, pada ahri tersebut dipercata Dewi Pencipta Dunia, Dewi Nuwa, tengah menciptakan manusia. Sayangnya, kepercayaan ini sering dikesampingkan dan mulai pudar seiring perkembangan zaman.

Comments:

Leave a Reply

you may also like